Kursus Komputer di Jepara

Kursus Komputer di Jepara-Kami adalah tempat kursus komputer bersertifikat yang ada di jepara dengan harga yang terjangkau dan lokasi di tengah kota.



Biaya Rp. 750.000 / Bulan

Lokasi Kami di  Jl. Pemuda No 1213 Jepara

HP/WA : 085840820544




Kursus Komputer di Jepara-Kurie Suditomo, pendiri coding sekolah di Indonesia, berbicara akses terhadap penguasaan teknologi oleh anak-anak di Indonesia dan pentingnya kemampuan operasi komputer individu untuk beradaptasi dengan abad ke-21.

DW Shift - Netzwerker Karlie Kloss (DW)
Pemerintah Indonesia saat ini sedang gencar melibatkan teknologi digital di segala bidang, khususnya bidang industrialisasi. Untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global, salah satu kementerian, yaitu Kementerian Perindustrian juga meluncurkan apa yang disebut peta jalan Membuat Indonesia 4.0 Roadmap. Ini akan mencakup teknologi konektivitas dan pembangunan infrastruktur digital nasional.

Tapi apakah ambisi nasional juga diikuti oleh pendidikan yang memadai di bidang komputasi adalah dasar dari teknologi digital?

Kurie Suditomo codingcamp.id pendiri, lembaga yang memberikan pelatihan digital untuk anak-anak berusia 9 sampai 17 tahun, mengaku masih banyak salah kaprah memahami komputer hanya sebagai alat. Bahkan, ilmu komputer memiliki pemikiran logis sendiri.

DW Indonesia kurie Suditomo diwawancarai tentang pentingnya mempelajari logika komputer, terutama untuk anak-anak usia sekolah.

Deutsche Welle: Bagaimana Anda lihat coding pendidikan di Indonesia sudah cukup merata?

Kurie Suditomo: Indonesia masih jauh. Jika kita ingin harapan bahwa Indonesia bergabung dangan antusiasme belajar coding yang hanya bisa terjadi dalam kelas sosial tertentu. Saya memiliki 6 tahun di bidang ini tetapi masih harus terus melakukan pemanasan pasar untuk orang tua di kelas menengah atas juga tidak begitu cepat menangkapnya. Memang, selalu ada pihak menyambut coding layanan pelajaran untuk anak-anak, tapi tidak sensasional yang terjadi di Cina atau Inggris misalnya, yang telah diperintahkan coding untuk anak-anak sekolah dasar. Atau seperti di Amerika Serikat datang dengan gerakan code.org atau di Estonia karena perdana menteri pertama mantan programmer. Jauh, kenyataannya adalah kita belum infrastruktur siap, marketnya tidak panas, karena pasokan juga tidak cukup, guru yang dapat mengajar coding untuk anak-anak belum terbentuk.

Hanya negara yang dapat melakukan pendekatan besar. Jika seperti saya gini kami puas dengan hal-hal yang organik di alam saja. Kami membuat acara, bahagia, anak-anak yang terlibat, antusias tapi bagaimana sih dapat anak yang terlibat? Kebanyakan 1000-2000, itu sedikit dibandingkan dengan jutaan anak-anak yang berada di bawah 17 tahun di Indonesia.

Kurie Suditomo GrĂ¼nderin codingcamp.id. (Pribadi)
Kurie Suditomo, pendiri codingcamp.id

Orang-orang yang (mengajar coding di) organik akan terus ada, tapi apakah itu akan berkembang menjadi sesuatu yang besar dan masif? Saya tidak bisa melakukan tanpa campur tangan dari negara. Minimum negara membantu membentuk narasi yang sangat bermanfaat untuk mengasah logika coding di usia sekolah dasar, misalnya. Sekarang mereka melakukan pemanasan di sana dengan membantu membangun narasi dan mengkomunikasikannya kepada publik. Namun, untuk sampai ke sini tidak mudah karena kita harus bersaing dengan masalah pendidikan lainnya yang dihadapi oleh Kemendikbud.

Kendala?

Kami memiliki masalah dengan kualitas guru yang tidak merata. Anak-anak kita mendapatkan akses ke perkembangan teknologi yang sangat cepat sementara secara resmi guru yang sangat balik karena banyak faktor. Misalnya, guru tidak berasal dari kelas yang sama sosial dengan anak-anak mereka sehingga (informasi) bahwa anak-anak dari konsumsi yang berbeda dengan yang ia dikonsumsi. Peralatan yang digunakan berbeda dengan anak-anak yang ia gunakan, dan juga wawasan yang berbeda. Ini adalah apa yang dalam kenyataan yang terjadi.

dukungan apa yang pemerintah cukup?

Yang membuat situasi lebih menantang di Indonesia pada 2013 mata pelajaran Teknologi, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah dihapus dari kurikulum nasional. Yang membuat situasi lebih sulit karena begitu dihapus dari kurikulum nasional, sumber daya

Posting Komentar

1 Komentar

  1. wah, boleh nih.
    jadwal belajar nya fleksibel ga ?
    sekelas maksimal berapa peserta ?
    guru / pelatihnya profesional kan ?
    ada jaminan penempatan kerja setelah lulus ?
    bisa paket kerja sama program dgn sekolahan ga ?

    BalasHapus